Selasa, 31 Maret 2015

PROTEKSI RADIASI



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dapat dilaksanakan. Akibat negatif ini disebut somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan disebut genetik apabila dialami oleh keturunannya. Masalah utama dalam proteksi radiasi pada penerimaan dosis rendah adalah penyakit kanker yang merupakan resiko somatik stokastik pada dosis rendah. Untuk membatasi peluang terjadinya efek stokastik, maka perlu adanya keselamatan radiasi. Perlindungan radiasi ada yang berasal dari luar tubuh manusia (proteksi radiasi eksternal) dan juga ada yang berasal dari dalam tubuh manusia (proteksi radiasi internal). Untuk mengetahui perlindungan radiasi dari dalam tubuh manusia, maka disusunlah makalah ini.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu bagaimanakah cara perlindungan radiasi yang berasal dari dalam tubuh manusia atau yang dikenal dengan proteksi radiasi internal.
1.3    Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui pengertian dari proteksi radiasi internal.
1.3.2 Mengetahui bagaimana cara untuk melindungi diri dari bahaya radiasi internal.
1.4     Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini hanya terbatas pada pengertian proteksi radiasi internal dan cara untuk melindungi diri dari bahaya radiasi internal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Radiasi
            Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang dikenal di sekitar kehidupan, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer dan lain-lain.Selain benda-benda di atas ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa diantaranya adalah uranium dan thorium di dalam lapisan bumi, karbon dan radon di udara serta tritium dan deuterium yang ada di dalam air. Secara garis besar radiasi digolongkan kedalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X, dan neutron termasuk radiasi pengion. Jenis-jenis radiasi ini memiliki karakteristik khusus.
a.  Partikel Alpha mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar dan tersusun dari dua proton dan dua neutron, sehingga identik dengan inti atom helium. Daya ionisasi partikel alpha sangat besar, kurang lebih 100 kali daya ionisasi partikel beta dan 10.000 kali daya ionisasi sinar gamma. Karena mempunyai muatan listrik yang besar maka partikel alpha mudah dipengaruhi oleh medan listrik yang ada disekitarnya. Partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit pada lapisan yang paling luar sekalipun karena mempunyai ukuran yang besar.
b.  Partikel Beta Mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih kecil dari partikel alpha. Daya ionisasi di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha. Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar dari partikel alpha karena ukurannya lebih kecil.
c.  Sinar Gamma tidak mempunyai besaran volume dan muatan listrik sehingga dikelompokkan kedalam gelombang elektromagnetik. Daya ionisasinya di dalam medium sangat kecil. Tidak terbelokkan oleh medan listrik yang ada disekitarnya, sehingga daya tembusnya sangat besar dibandingkan dengan daya tembus partikel alpha atau beta.
d.  Sinar-X Mempunyai kemiripan dengan sinar gamma, yaitu dalam hal daya jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang membedakan antara keduanya adalah proses terjadinya, sinar gamma dihasilkan dari proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi pada inti atom, sedangkan sinar-X dihasilkan pada waktu elektron berenergi tinggi yang menumbuk suatu target logan.
e. Partikel Neutron Partikel neutron mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik, serta memiliki daya tembus yang tinggi. Partikel neutron dapat dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsur tertentu dengan unsur lainnya.

2.2 Radiasi Non-Pengion    
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi), gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang biasa terlihat), sinar ultraviolet (yang diipancarkan matahari).

2.3 Bahaya Radiasi Radioaktifitas    
Bahaya radiasi radioaktifitas dibedakan menjadi dua macam yaitu bahaya radiasi eksternal dan bahaya radiasi internal.
a. Bahaya Radiasi Eksternal  
 Bahaya radiasi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terletak diluar tubuh manusia, tetapi walaupun berada diluar tubuh manusia tetap dapat berbahaya jika sampai masuk kedalam tubuh manusia. Bahaya radiasi eksternal dapat diakibatkan oleh paparan radiasi beta, sinar-X, sinar gamma, dan neutron yang semuanya dapat menembus organ tubuh.
b. Bahaya Radiasi Internal
Radiasi internal adalah radiasi yang berasal dari radioisotop yang masuk (dimasukkan) ke dalam tubuh. Radiasi internal terjadi, apabila tubuh manusia terkontaminasi dengan radioisotop baik kontaminasi pada bagian dalam tubuh ataupun permukaan tubuh manusia.

 Potensi bahaya radiasi internal berasal dari sumber terbuka yaitu sumber yang tidak terbungkus dan dalam kondisi normal dapat menyebabkan kontaminasi, misalnya, zat radioaktif berbentuk bubuk, cairan atau gas. Kontaminasi adalah keberadaan suatu zat radioaktif pada tempat atau daerah yang tidak seharusnya, dan dapat menimbulkan bahaya paparan radiasi. Kontaminasi dapat terjadi pada peralatan, ruang kerja (meja, lantai, dinding, dll) dan pada pekerja.  Kontaminan (bahan pengkontaminasi) ada yang dapat melekat kuat pada permukaan tertentu (fixed contamination) atau mudah berpindah (removable contamination).















BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Proteksi Radiasi
Keselamatan radiasi atau yang lazim disebut dengan proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi

2. Tujuan Proteksi Radiasi
Adapun tujuan proteksi radiasi diantaranya :
a. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik sampai pada suatu nilai batas yang dapat diterima oleh masyarakat.
b. Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan/ kegiatan yang berkaitan dengan penyinaran radiasi dapat dibenarkan.

3. Ruang Lingkup Proteksi Radiasi
Ditinjau dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :
a. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.
b. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologis dengan dosis radiasi yang diterima organ atau jaringan.
c. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan.
d. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik ditengah kerja maupun lingkungan.
4. Asas-asas Proteksi Radiasi
Filsafah baru tentang proteksi radiasi muncul dengan diterbitkannya Publikasi ICRP No.26 Tahun 1977. Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka diperkenalkan tiga asas proteksi radiasi, antara lain yaitu :
a.   Asas Jastifikasi atau Pembenaran
Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelahdilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.
b.    Asas Optimasi
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan factor ekonomi dan social. Asas ini dikenal juga dengan sebutan ALARA atau As Low Reasonably Achieveble. Dalam kaitanya dengan penyusunan program proteksi radiasi asas optimisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam program telah dipertimbangkan secara seksama, termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas optimisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ekonomi.
c.   Asas Pembatasan Dosis Perorangan
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik maka semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui.
Setiap kegiatan proteksi radiasi ditujukan untuk menekan serendah mungkin penerimaan dosis oleh pekerja sehingga batasan dosis yang ditetapkan tidak terlampaui. Dalam setiap proses optimisasi selalu ada pembvatas dosis (dose constrain) dalam hal untuk menyakinkan bahwa setiap pekerja paling tidak telah mendapat proteksi dalam tingkat yang paling minimum.

Proteksi radiasi internal adalah mencegah atau pengupayaan sekecil mungkin terjadinya kontaminasi pada permukaan tubuh pekerja atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat dicapai dengan adanya suatu program yang dibuat untuk mengusahakan agar supaya kontaminasi lingkungan berada pada nilai yang dapat diterima, dan sekecil yang dapat dicapai (ALARA). Apabila seseorang terkontaminasi internal, maka orang tersebut akan terus menerus mendapat radiasi dari zat radioaktif yang berada di dalam tubuhnya, sampai zat radioaktif tersebut berkurang aktivitasnya karena proses peluruhan dan dikeluarkannya zat radioaktif dari dalam tubuh melalui proses metabolisme dari tubuh sendiri. Usaha untuk mempercepat keluarnya zat radioaktif dari tubuh merupakan usaha yang agak sulit dilakukan. Seperti halnya bahan toksik lainnya, zat radioaktif masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara pemasukan yaitu :
a. Pernafasan dengan menghirup gas dan debu radioaktif.
b. Melalui saluran makanan dengan cara meminum air yang terkontaminasi,  memakan makanan yang terkontaminasi atau secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
c.  Penyerapan melalui kulit atau luka yang terkontaminasi.

Jika dalam atmosfir terdapat kontaminasi, maka zat radioaktif masuk ke dalam paru-paru melalui pernafasan dan sebagian akan disalurkan kedalam darah. Bagian lain dari zat radioaktif akan keluar dari paru-paru dan tertelan kembali masuk ke dalam saluran pencernaan. Sisanya meninggalkan tubuh melalui pernafasan keluar. Banyaknya zat radioaktif yang masuk melalui pernafasan, tergantung pada beberapa faktor antara lain bentuk fisis dan kimia dari kontaminan itu sendiri, dan keadaan fisiologi orang yang terkena kontaminasi. Begitu juga jika kontaminasi tertelan, maka fraksi zat radioaktif yang menembus dinding saluran pencernaan dan kemudian masuk ke dalam cairan tubuh bergantung pada sifat kontaminan dan keadaan fisiologis penderita. Lama waktu dan distribusi zat radioaktif di dalam tubuh manusia tergantung pada bentuk kimia dan fisika dari zat radioaktif tersebut. Sebagai contoh ada yang terdistribusi secara merata di seluruh tubuh dan ada juga yang cenderung terkonsentrasi di suatu organ tertentu, sehingga masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh akan menghasilkan laju dosis yang berbeda di berbagai organ tubuh. Misalnya yodium akan terkonsentrasi di dalam kelenjar gondok, plutonium terkonsentrasi di dalam paru-paru atau tulang. Laju dosis di dalam organ sebanding dengan jumlah zat radioaktif di dalam organ tersebut dan akan berkurang karena radioisotop meluruh atau keluar dari tubuh. Dianggap bahwa keluarnya zat radioaktif dari tubuh juga secara eksponensial sehingga dengan demikian kontstanta peluruhan efektif dapat dihitung, yaitu :

λeff = λf + λb                             
dimana λf adalah konstanta peluruhan secara fisika dan λb adalah konstanta peluruhan secara biologis.
  Oleh karena λ = 0,693/ T½
Maka :
  λ/(T½) eff = λ/(T½)b + λ/ (T½)f .      
                 
Untuk melindungi tubuh dari radiasi internal adalah dengan cara menghalangi masuknya zat radioaktif dari ke tiga cara pemasukan seperti yang telah diuraikan diatas atau dengan cara memutus transmisi radioaktivitas dari sumber ke manusia. Hal tersebut diatas dapat dicapai dengan cara :
1. Mencegah tersebarnya zat radioaktif di sumbernya, yaitu dengan cara mewadahinya dan mengungkungnya.
2. Pengawasan terhadap lingkungan yaitu dengan cara pengaturan ventilasi dan kebersihan tempat kerja.
3. Pengawasan terhadap pekerja yaitu dengan menyediakan pakaian pelindung dan alat pelindung pernafasan. Sebenarnya cara pengawasan ini tidak berbeda dari cara pengawasan yang digunakan dalam kesehatan kerja dari pengaruh bahan berbahaya non radioaktif, akan tetapi tingkat pengawasan untuk bahan radioaktif lebih tinggi jika dibandingkan tingkat pengawasan untuk bahan kimia non radioaktif.
 Sebagai contoh misalnya konsentrasi maksimum yang diizinkan, untuk air raksa non radioaktif adalah 0,1 mg/m3 dan air raksa yang radioaktif (203 Hg) adalah 5 x 10-9 mgm3). Cara pengawasan seperti yang tersebut diatas dapat diperoleh dengan :
1. Membatasi jumlah zat radioaktif yang akan ditangani pada suatu waktu tertentu.
2. Memisahkan tempat kerja didalam laboratorium misalnya menggunakan baki, lemari asam, glove box, dan lain-lain.
3.  Tempat kerja harus didesain agar supaya dekontaminasi dapat dengan mudah dilaksanakan, pengawasan kontaminasi pada pekerja dan tempat kerja, penanganan sampah radioaktif dengan benar dan pengawasan terhadap zat radioaktif yang mengudara dan yang terlepas ke lingkungan setelah melalui filter pada system ventilasi.
4. Pemakaian pakaian pelindung untuk pekerja radiasi misalnya sarung tangan, penutup sepatu, pakaian pelindung dan apabila bekerja didaerah yang udaranya terkontaminasi radioaktif mengenakan pelindung pernafasan dan lain-lain (misalnya dalam kecelakaan yang mengakibatkan terlepasnya zat radioaktif ke udara).
Pembagian daerah kerja berdasarkan daerah kontaminasi pada dasarnya merupakan salah satu usaha dalam pengawasan proteksi radiasi internal, karena persyaratan yang diperlukan baik bagi cara pengawasan daerah kerja maupun syarat pakaian pelindung dan syarat alat banu/perlengkapan tergantung pada jenis daerah kontaminasi disuatu daerah kerja.







BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Proteksi radiasi internal adalah mencegah atau pengupayaan sekecil mungkin terjadinya kontaminasi pada permukaan tubuh pekerja atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh manusia.
2. Untuk melindungi tubuh dari radiasi internal adalah dengan cara menghalangi masuknya zat radioaktif dari ke tiga cara pemasukan (pernapasan dengan menghirup gas dan debu radioaktif, melalui saluran makanan dengan cara meminum air yang terkontaminasi atau memakan makanan yang terkontaminasi, dan penyerapan melalui kulit atau luka yang terkontaminasi) atau dengan cara memutus transmisi radioaktivitas dari sumber ke manusia.

termometer sederhana



BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Kondisi pendidikan Indonesia masih saja memprihatinkan, terutama mengenai fasilitas pendidikan di daerah-daerah, baik sarana maupun prasarana pendidikan. Masih saja terdengar kabar ada bangunan sekolah yang tidak layak untuk digunakan, buku-buku yang kurang memadai, alat-alat penunjang belajar yang tidak terpenuhi dan masih banyak lagi. Misalnya peralatan laboratorium di SMP dan SMA yang menjadi pokok pembahasan kita dalam makalah ini yaitu termometer. Banyak sekolah yang tidak memiliki peralatan praktikum dikarenakan sekolah tidak mampu membeli peralatan tersebut karena dana sekolah tidak mencukupi.
Hal-hal seperti ini dapat mengakibatkan kreatifitas peserta didik tidak berkembang. Oleh karena itu sebagai seorang guru, guru dituntut harus lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Guru harus bisa membuat peralatan percobaan yang sederhana untuk digunakan dalam praktikum guna memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitasnya melalui kegiatan percobaan di laboratorium serta memanfaatkan bahan-bahan yang tidak terpakai lagi.

B.     RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.      Bagaimana membuat termometer sederhana?

C.    TUJUAN
Tujuan dari maklah ini adalah mengetahui bagaimana cara membuat termometer sederhana dari bahan-bahan yang mudah didapat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TERMOMETER
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam dan yang paling umum digunakan adalah termometer raksa dan ada juga termometer dengan menggunakan alkohol.

B.     CARA MEMBUAT TERMOMETER
Untuk membuat sebuah termometer, khususnya termometer zat cair, hal yang perlu diperhatikan adalah prinsip kerja termometer tersebut, yaitu bekerja berdasarkan pemuaian zat cair. Untuk itu, perlu memilih zat cair yang peka terhadap perubahan suhu, yaitu cepat memuai bila terkena panas dari benda yang diukur suhunya. Umumnya, zat cair yang mengisi termometer adalah raksa. Raksa mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
a.       Cepat menyerap panas dari benda yang diukursuhunya.
b.      Pemuaiannya teratur
c.       Daerah ukurannya besar karena raksa baru akan membeku pada suhu – 390 C dan baru akan mendidih pada suhu 3570 C
d.       Tidak membasahi dinding kaca
e.       Warnanya mengkilap sehingga mudah dilihat.

Selain mempunyai beberapa keunggulan, raksa juga memiliki kelemahan antara lain : Raksa tidak dapat digunakan mengukur lebih rendah dari -390 V, padahal suhu di kutub Utara dan Selatan lebih rendah daripada suhu tersebut. Raksa berharga mahal. Bila tabungnya pecah,raksasangatberbahaya.Selain raksa, zat cair yang juga digunakan untuk mengisi termometer adalah alkohol. Termometer alkohol mempunyai keuntungan, antara lain: Alkohol dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah, sampai -1140 C, Alkohol lebih murah jika dibandingkan dengan raksa, Alkohol lebih cepat mengalami pemuaian meskipun kenaikan suhunya kecil sehingga lebih akurat. Termometer alkohol juga memiliki kelemahan, antara lain: Pemuaiannya tidak teratur, Tidak berwarna sehingga sulit dilihat Membasahi dinding kaca, Tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi, sebab pada suhu 780 C alkohol sudah mendidih.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan termometer sederhana ini adalah sebagai berikut :
1.      Botol kaca
2.      Sedotan kecil
3.      Alcohol 70%
4.      Pewarna ( merah )
5.      Plastisin / malam
6.      Mangkok
7.      Kertas
8.      Gunting
Langkah-Langkah Pembuatan
1.      Mengisi botol kaca dengan alcohol 70% hingga setengah dan kemudian mencampurkan dengan pewarna makanan (warna merah ).
2.      Menggulungkan plastisin di sisi sedotan sehingga salah satu ujung sedotan lebih panjang dari sisi lainnya, dan dilakukan dengan hati-hati sehingga sedotan tidak  tersumbat.
3.      Meletakkan  sedotan yang tadi di gulung dengan plastisin di leher mulut botol dengan rapat-rapat, sehingga tidak ada  udara keluar masuk dari sisi sedotan, dan satu-satunya tempat udara keluar masuk  adalah sedotan itu sendiri.
4.       Memasukkan botol ke dalam air hangat dan air dingin untuk melihat apakah thermometer bekerja.
5.      Membuat skala-skala di karton
6.      Membandingkan skala termometer M dengan termometer yang sudah ada misalnya termometer celcius.

C.    KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Kekurangan dari termometer buatan ini adalah :
1.      Saat pengukuran kenaikan alkohol kurang stabil.
2.      Skala ukurnya kurang tepat sehingga ketidak pastiannya juga besar.
3.      Skalanya hanya dimulai dari 0 50 oM.
4.      Di pengaruhi oleh tekanan udara.
5.      Pada saat suhu 50 oM alkohol langsung turun dan tidak stabil.

Kelebihan dari termometer buatan ini adalah :
1.      Bahan pembuatannnya murah dan mudah didapat.
2.      Sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan lab di sekolah sekolah yang kurang prasarana.
3.      Mampu mengukur sampai pada suhu 50 oM.

D.    PERBANDINGAN TERMOMETER DENGAN TERMOMETER CELCIUS

E.     PERBANDINGAN TERMOMETER DENGAN TERMOMETER CELCIUS

F.     PERBANDINGAN TERMOMETER DENGAN TERMOMETER FAHRENHEIT














BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Dari makalah pembuatan termometer sederhana ini dapat disimpulkan bahwa pembuatan termometer yang sederhana dapat dibuat dari berbagai bahan yang mudah ditemukan disekitar kita yang harganya lebih murah dan langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1.      Mengisi botol kaca dengan alcohol 70% hingga setengah dan kemudian mencampurkan dengan pewarna makanan (warna merah ).
2.      Menggulungkan plastisin di sisi sedotan sehingga salah satu ujung sedotan lebih panjang dari sisi lainnya, dan dilakukan dengan hati-hatisehingga sedotan tidak  tersumbat.
3.      Meletakkan  sedotan yang tadi di gulung dengan plastisin di leher mulut botol dengan rapat-rapat, sehingga tidak ada  udara keluar masuk dari sisi sedotan, dan satu-satunya tempat udara keluar masuk  adalah sedotan itu sendiri.
4.      Memasukkan botol ke dalam air hangat dan air dingin untuk melihat apakah thermometer bekerja.
5.      Membuat skala-skala di karton
6.      Membandingkan skala termometer M dengan termometer yang sudah ada misalnya termometer celcius.


B.     SARAN
Dalam pembuatan termometer sederhana diharapkan lagi lebih teliti dalam melakukan pembuatannya terutama pada pengaturan skala suhunya.


DAFTAR PUSTAKA


Dyah. 2013. Membuat Thermometer Sederhana. Dari :
http://mawarkucantik.blogspot.com. Diakses pada 11 Februari
2015

Kristo. 2014. Cara Membuat Termometer Sederhana. Dari :
http://ringkasanbahanajar.blogspot.com. Diakses pada 11 Februari
2015

Supritria. 2014. Laporan Termometer Sederhana. Dari :
http://yayhapink.blogspot.com. Diakses pada 11 Februari 2015